Social Icons

Thursday, September 11, 2014

Pendidikan Antikorupsi Lewat Dongeng

Saddam Husein, mantan presiden dan pemimpin besar Irak, terdidik dalam dongeng. Dalam buku Man and The City, yang ditulisnya sendiri, saddam bercerita betapa dirinya sangat terpengaruh cerita-cerita ibunya. Saddam menuturkan, dia kerap dipeluk ibunya sambil ibundanya bercerita tentang para leluhur. “Ibu saya mendongengkan cerita-cerita sambil membelai rambut saya”, tulis Saddam. Sejumlah pengamat menduga, dongeng-dongeng yang didengar Saddam banyak mempengaruhi kepribadiannya setelah dewasa. Saddam banyak terinspirasi oleh cerita dongeng sang ibunda.
Pengalaman serupa terjadi pada Hans Christian Andersen. H. C. Andersen, penulis cerita anak terkemuka abad 19, melalui autobiografinya, The True Story of My Life, menulis, “Setiap minggu ayahku membuat gambar-gambar dan menceritakan dongeng-dongeng”. Ibunya pun melakukan hal yang sama. Sang ibu mengenalkan dongeng-dongeng legenda rakyat. Kecemerlangan Andersen menyusun kisah dipengaruhi pengalaman batin masa kecil. Ketika dia menggambarkan dalam benaknya dongeng yang diceritakan orang tuanya.
Berdasar pengalaman dua tokoh besar tadi, kita barangkali bisa mengatakan bahwa dongeng ikut andil dalam pembentukan karakter anak. Karena itu, dongeng berfungsi sebagai media pendidikan nilai-nilai keluhuran. Menyebarkan pesan moral tanpa anak menyadari dirinya sedang disuntik nilai-nilai kebaikan.
Dongeng menjadi jalan mewujudkan kaidah dasar, bahwa penanaman nilai dapat dilakukan tanpa kesan memaksa dan menekan. Malahan dongeng dan kegiatan mendongeng membentuk benih-benih sikap positif. Sikap yang terus-menerus dibentuk hingga menjadi karakter anak setelah dia dewasa.

Harus diakui, dongeng punya pengaruh luar biasa. Anak-anak, target utama penceritaan dongeng, mudah terbujuk oleh cerita-cerita dongeng. Penelitian mengungkapkan bahwa dongeng bisa mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual anak. Dongeng sanggup mengembangkan moral; guna mengetahui perbuatan yang baik dan buruk.
Psikolog Ninok Widiantoro mengatakan, dongeng bisa menciptakan sisi kepekaan sang anak. Tokoh dan karakter yang diceritakan dalam dongeng akan selalu diingat oleh sang anak, apakah itu tokoh baik maupun tokoh jahat. Cerita dongeng juga dapat berpengaruh bagi kesembuhan anak yang sedang sakit, terutama dampak psikologisnya. Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara paling ampuh dan efektif untuk memberikan sentuhan humanis dan sportifitas bagi anak. Dongeng berpengaruh pada cara berpikir, moral, dan tingkah laku.
Dongeng membentuk dan mengembangkan imajinasi anak. Hal ini selaras dengan hasil kajian Robert Fulghum. Pakar anak ini, dalam salah satu bukunya, pernah mengatakan bahwa imajinasi lebih kuat dari pengetahuan dan impian lebih kuat dari fakta. Fulghum bahkan menegaskan, menghadirkan dunia imajinasi sejak dini sangat bermanfaat bagi kesehatan anak.
Selain itu, dongeng berguna untuk memasukkan nilai dan etika secara halus kepada anak. Dongeng akan menanamkan sikap mental yang bersemangat dan tanggung jawab pada diri si anak. Pesan moral, ajaran pekerti, dan pendidikan karakter yang terkandung dalam dongeng akan memberikan keteladanan dan panutan bagi anak.(http://www.kpk.go.id/ 2009/2/16 10:49:57 – 1)

Atas dasar pemikiran seperti itu, rupanya dongeng sejalan dengan tujuan pendidikan antikorupsi.Yakni pembentukan manusia yang mempunyai pemahaman, sikap, dan perilaku yang anti terhadap korupsi. Terutama pendidikan antikorupsi kepada anak dini usia.

No comments:

 

Sample text

Sample Text

Download

Sample Text